Ternyata kekuatan suatu Negeri ada di Desa.

Posted by Noer Rachman Hamidi


Sekitar 10 tahun lalu negeri dingin Iceland – negeri nelayan yang penduduknya hanya sekitar 300,000 jiwa tiba-tiba berubah menjadi industri keuangan yang luar biasa. Bank-bank dan industri keuangan non-banknya ujug-ujug tumbuh pesat, sehingga untuk memenuhi kebutuhan tenaga professional keuangan-nya para nelayan-pun tiba-tiba pada beralih profesi menjadi ahli keuangan. Tetapi ini tidak berlangsung lama, setelah 5 tahun berlalu mereka terpaksa kembali menekuni pekerjaan lamanya sebagi nelayan.

Krisis financial global 2008 mengakhiri mimpi Iceland untuk menjadi negeri financial berskala dunia, saat berakhir itu negeri tersebut bangkrut secara teknis dengan total hutang sekitar 8.5 kali GDP-nya. Apa yang sebenarnya terjadi ?

Michael Lewis – seorang penulis buku-buku keuangan best seller menggambarkan kehancuran industri keuangan dadakan Iceland dengan cara yang mudah dipahami oleh orang awam sekalipun. Terjemahan bebasnya kurang lebih begini : "Anda punya seekor kucing dan saya memiliki seekor anjing, berdua kita sepakat harga kucing Anda adalah US$ 1 Milyar dan demikian pula harga Anjing saya juga US$ 1 Milyar. Saya beli kucing Anda US$ 1 Milyar, Anda beli Anjing saya US$ 1 Milyar. Berdua kini kita memiliki aset masing-masing US$ 1 Milyar".

Demikianlah bank dan industri keuangan mereka menggelembungkan asetnya dari awang-awang, tanpa didukung aset riil yang memiliki nilai atau potensi pendapatan yang sesungguhnya. Ketika masanya salah satu dari mereka terpaksa harus melikwidasi asetnya – karena krisis, tentu saja aset yang mereka miliki tidak seberapa nilainya – lha wong asalnya hanya 'kucing dan anjing' ! Begitu yang satu bangkrut karena ketahuan liability-nya melebihi asset-nya, maka effect domino-pun terjadi dan seluruh industri keuangan Iceland collapse. Para professional keuangan-nya-pun harus kembali ke profesi para nenek-moyang mereka yaitu menjadi nelayan dengan mencari ikan di laut Norwegia !

Pola bangkit dan bangkrutnya Iceland sebenarnya adalah model bagi industri keuangan dunia secara keseluruhan. Bedanya adalah negara-negara lain umumnya jauh lebih besar dari Iceland – sehingga lebih kuat bertahan ketika dihantam krisis. Namun mampu bertahan tidak berarti mampu mempertahankan kemakmuran yang sesungguhnya. Aset-aset berupa kertas yang membubung tinggi jauh melebihi aset riil – pasti suatu saat membawa korban. Pertanyaannya adalah siapa korban yang sesungguhnya ?

Ya Anda-Anda yang mengandalkan asset keuangan berupa deposito, reksadana, dana pensiun, asuransi dlsb. Bukan berarti pengelola dana-dana Anda tersebut akan bangkrut, tetapi karena efek lingkaran setan penggelembungan aset seperti dalam transaksi kucing dan anjing tersebut diatas – akan berdampak pada nilai atau daya beli riil dari aset-aset kertas Anda.

Itulah sebabnya sekitar 9 dari 10 pekerja tidak siap ketika masa pensiun tiba, karena tabungan hasil jerih payahnya bekerja selama puluhan tahun tergerus nilainya secara gradual oleh inflasi – dan dari waktu ke waktu dipercepat turunnya secara drastis dengan krisis demi krisis seperti yang kita alami di tahun 1997-1998 dan di alami dunia antara 2008-2010 yang membawa korban antara lain Iceland tersebut di atas.

Lantas bagaimana kita bisa melepaskan diri dari proses wealth destruction (penghancuran kemakmuran ) ini ? Sama juga dengan yang dialami oleh para nelayan Iceland yang sempat menjadi para ahli keuangan, yaitu kembali menekuni profesi nenek moyang kita. Bagi kita yang tidak terbiasa ke laut, ya kembali ke desa dengan bertani, berkebun, beternak dlsb.

Mengapa ke desa ? Karena di desa aset umumnya berupa aset riil yang nilainya intrinsik, kambing ya seharga kambing, kebun ya seharga kebun. Tidak ada krisis yang bisa menghancurkan nilai aset di desa-desa. Selain aset riil bernilai intrinsik, aset-aset ini juga memberikan hasil yang nyata untuk memenuhi kebutuhan utama kita – tanpa harus menurunkan nilai aset itu sendiri. Jadi aset-aset tersebut benar-benar secara produktif bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita, sementara nilai asetnya sendiri juga tumbuh.

Bila demikian unggul aset-aset di desa, mengapa mereka rata-rata  terkesan miskin ?

Pertama  sebenarnya mereka tidak (lebih) miskin. Bisa jadi mereka tidak memiliki uang (aset berupa kertas) tetapi aset riil rata-rata mereka punya. Rasio kepemilikan rumah misalnya jauh lebih tinggi di desa ketimbang masyarakat perkotaan.

Kedua karena brain drain dari desa ke kota, orang-orang yang pinter yang seharusnya bisa membangun desa pada rame-rame ke kota. Desanya tidak terbangun, sementara di kota terjadi persaingan yang sangat ketat sehingga juga hanya sedikit yang bisa bener-bener sukses.

Lebih dari itu, solusi dari masalah-masalah perkotaan kita kini bisa jadi justru adanya di desa Sekarang harga daging sapi sangat mahal dan supply-nyapun harus diimpor, demikian pula dengan bawang dan cabe. Bukankah ini bisa diatasi bila desa-desa kita beternak dan bertani komoditi-komoditi utama dengan cukup ?

Kemacetan yang semakin menjadi-jadi di hampir seluruh kota besar di Indonesia, bukankah akan teratasi dengan sendirinya bila terjadi arus balik orang kembali ke desa ? Bisa jadi selama ini kita mencari solusi di tempat yang salah, solusi berbasis kapitalisme dan impor – yang dalam jangka panjang justru bisa menyengsarakan rakyat sendiri. Padahal solusi yang sesungguhnya itu ada di depan mata kita, berupa petunjuk Ilahi dan potensi yang ada di desa-desa kita sendiri.
Wallahu A'lam.

www.rumah-hikmah.com

Tulisan Terkait:

Info Bisnis:

Info Keuangan:
coconut fiber indonesia - civet coffee beans luwak indonesia - rumah baru dekat tol di jatiasih - eksportir indonesia - solusi properti - rumah dinar - manufaktur indonesia - agribisnis indonesia - white copra indonesia - coconut coir pellets - jual panel beton murah siap pakai - jasa pasang panel beton - jual komponen nepel, mur, baut, spare parts ac, kuningan - komponen, nepel, mur, baut, ac, kuningan - industri manufaktur pengecoran kuningan - brass foundry casting manufacturer - brass billets, bullets, neple, nut, bolt, fitting, parts - tanah di kawasan strategis - rumah baru eksklusif dekat tol - rumah murah dekat tol - jual tanah di sudirman - jual tanah di kuningan - jual tanah dekat menteng - paket tour perjalanan wisata - apakah dinar emas - tanya jawab dinar - jual dinar - beli dinar - dinar emas -

Description: Ternyata kekuatan suatu Negeri ada di Desa.
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Ternyata kekuatan suatu Negeri ada di Desa.
SelengkapnyaTernyata kekuatan suatu Negeri ada di Desa.

The Person of the Century

Posted by Noer Rachman Hamidi


Tahun 1999 lalu, menjelang berakhirnya abad 20, majalah Time memilih Albert Einstein sebagai manusia Terbesar Abad Ini, "Person of the Century" diantara 100 manusia-manusia terbesar abad 20.

Apa sebenarnya rahasia dari orang-orang jenius ?

Banyak tokoh besar yang suka menghabiskan waktunya sendirian dan merenung di tempat–tempat yang tenang.

Leonardo da Vinci sering merenung dan berpikir di pinggir hutan yang tenang di desanya sambil memperhatikan hewan–hewan dan alam sekitarnya.

Isaac Newton kejatuhan apel waktu sedang merenung dan menemukan teori Gravitasi Universal.

Rene Descartes (1596-1650), Bapak Ilmu Filosofi Modern, juga menekankan betapa pentingnya kita sebagai manusia untuk merenung, terutama merenungkan tentang arti hidup, dan Kebenaran. Ia terkenal dengan filosofinya, Cogito Ergo Sum, aku berpikir, maka aku ada. Ia juga menyatakan, "In order to improve the mind, we ought less learn than to contemplate".

Einstein juga suka merenung. Sejak kecil dia memang pemalu dan lebih suka menyendiri. Tempat favoritnya adalah di atas bukit yang ada di dekat tempat tinggalnya di Munich, Jerman.

Napoleon dan Hitler waktu kecil sering diejek "anak kampung" oleh teman–teman sekelasnya, dan juga suka menyendiri dan merenung. (Napoleon lahir di Corsica, daerah jajahan Prancis. Sedangkan Hitler lahir bukan di Jerman, tapi di Branau, Austria).

Positif atau negatif, perenungan mampu menciptakan ketajaman pikiran yang ekstrim. Berikan diri Anda waktu, misalnya satu jam sehari atau 1 hari seminggu untuk sedikit menjauhkan diri dari dunia sehari-hari. Lalu Anda bisa bebas mengembangkan imajinasi serta impian-impian besar Anda. Anda juga bisa mengevaluasi hidup Anda. Apa yang sedang Anda lakukan dan akan kemana tujuan hidup Anda. Siapa tahu Anda akan mendapat inspirasi-inspirasi besar.

Nabi Muhammad SAW melakukan khalwat (pengasingan) dan tahannuts (menyendiri) mencari pencerahan di gua Hira di atas bukit. Perhatikan salah satu dari hadits beliau ini.

"Saat seorang alim bersandar di tempat tidur untuk memperdalam ilmunya adalah lebih baik daripada ibadah seorang hamba, selama enam puluh tahun."

Marilah kita sama-sama renungkan ayatNya untuk orang-orang yang beriman:

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." (QS al-Baqarah: 164)


www.rumah-hikmah.com

Tulisan Terkait:

Info Bisnis:

Info Keuangan:
coconut fiber indonesia - civet coffee beans luwak indonesia - rumah baru dekat tol di jatiasih - eksportir indonesia - solusi properti - rumah dinar - manufaktur indonesia - agribisnis indonesia - white copra indonesia - coconut coir pellets - jual panel beton murah siap pakai - jasa pasang panel beton - jual komponen nepel, mur, baut, spare parts ac, kuningan - komponen, nepel, mur, baut, ac, kuningan - industri manufaktur pengecoran kuningan - brass foundry casting manufacturer - brass billets, bullets, neple, nut, bolt, fitting, parts - tanah di kawasan strategis - rumah baru eksklusif dekat tol - rumah murah dekat tol - jual tanah di sudirman - jual tanah di kuningan - jual tanah dekat menteng - paket tour perjalanan wisata - apakah dinar emas - tanya jawab dinar - jual dinar - beli dinar - dinar emas -

Description: The Person of the Century
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: The Person of the Century
SelengkapnyaThe Person of the Century

Strategi Facebook dengan Domba...?

Posted by Noer Rachman Hamidi


Belanja negara kita tahun ini akan berkisar 1,840 trilyun, jumlah uang yang seolah tidak terbayangkan banyaknya ini ( berapa angka nol-nya ?) sudah habis teralokasikan untuk hal-hal yang nyaris rutin. Bahkan untuk membiayai belanja negara  tersebut, kita masih harus hutang sekitar 175 trilyun.

Dengan pendapatan dan belanja negara yang nyaris tanpa terobosan selama beberapa dekade tersebut,  maka yang terjadi adalah juga tidak ada terobosan dalam pengentasan kemiskinan. Data Bank Dunia terakhir masih menunjukkan di negeri ini ada 43.3 juta orang yang daya belinya kurang dari US$ 2/ hari, padahal inipun masih 1/5 dari tingkat kemiskinan standar Islam yang 20 Dinar.

Dengan APBN yang rutin dan cenderung monoton, nyaris tidak terbayangkan misalnya negeri ini akan mampu mengalokasikan 1/3 dari belanja negara untuk mengentaskan kemiskinan misalnya. Padahal kira-kira sejumlah inilah yang kita butuhkan untuk bisa mengentaskan kemiskinan secara drastis.

Jumlah tersebut, yang saya perkirakan nilainya sekitar US$ 61 milyar – tidak mungkin juga kita peroleh dengan berhutang, membabat hutan, menguras tambang dlsb. yang memang sudah selama ini kita eksploitasi habis-habisan. Jadi apa alternatifnya untuk memperoleh modal pengentasan kemiskinan yang significant tersebut ?

Yang paling memungkinkan adalah mengeksplorasi habis-habisan sumber daya paling berharga dari bangsa ini, yaitu sumber daya manusianya. Sangat banyak otak-otak cerdas negeri ini yang bisa dieksplorasi dan diintegrasikan menjadi apa yang disebut industri kreatif yang 'killing' istilah anak mudanya.

Kalau saja kita bisa menghasilkan kreatifitas layaknya kreatifitas empat sekawan pendiri Twitter (Evan Williams, Noah Glass, Jack Dorsey dan Biz Stone), maka mereka bisa mengeruk modal sampai sekitar US$ 27 milyar di pasar global.

Kalau saja dari 250 juta orang di negeri ini kita bisa menemukan satu orang sekelas Mark Zuckerberg – pendiri Facebook, maka dia bisa meraup modal US$ 156 milyar di pasar global.

Jadi kebutuhan modal kita yang sekitar US$ 61 milyar, sebenarnya hanya senilai kapitalisasi pasar antara Twitter dan Facebook. Ini bisa kita lakukan bila kita bukan hanya belajar dari social media dan data yang selama ini sudah kita gunakan, tetapi belajar dari kreatifitasnya dalam menarik modal dari pasar global.

Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa sumber daya manusia kita tidak kalah dengan mereka, pasti ada orang-orang Indonesia yang mampu menyaingi kecerdasan dan kreatifitas mereka ini. Yang diperlukan adalah bagaimana pemerintahan yang baru nanti bisa membangun environment yang kondusif, sehingga kreatifitas-kreatifitas anak negeri ini mendapatkan jalannya untuk berkembang secara maksimal. Bila perlu beri insentif perijinan, modal awal, pembinaan dlsb-dlsb agar bener-bener terlahir industri kreatif yang 'killing' dalam skala global.

Lantas untuk apa seandainya dana modal yang US$ 61 milyar atau setara dengan 1/3 APBN kita tahun ini tersebut bener-bener bisa terkumpul ? Saya tertarik untuk membagikannya ke 43.3 juta orang yang tergolong miskin di negeri ini sesuai data Bank Dunia tersebut di atas.

Tetapi tidak diberikan dalam bentuk uang tunai, diberikan dalam bentuk domba yang kemudian dikelola bersama-sama secara syirkah dengan para professional dibidangnya. Maka masing-masing orang akan mendapatkan 8 ekor domba sebagai modal awal.

Dari 8 ekor domba inilah yang kemudian dalam periode 2-4 tahun - tergantung percepatan efektif yang dihasilkannya – 43.3 juta orang tersebut akan mentas kemiskinannya dengan standar 40 domba ( anggap rata-rata masih ukuran sedang @ ½ Dinar).

Inilah standar kemakmuran minimal umat ini , yaitu 40 ekor domba dimana dia sudah mulai terkena wajib zakat. Standar ini sekitar 5 kali lebih tinggi dibandingkan standar tingginya Bank Dunia yang US$ 2/hari.

Jadi dengan dua langkah kombinasi antara industri kreatif untuk menarik modal global, dan solusi domba – kita akan mampu mengatasi dua masalah sekaligus. Pertama mengentaskan kemiskinan, kedua meningkatkan konsumsi daging nasional kita untuk mencapai rata-rata yang dikonsumsi masyarakat dunia di angka 41 kg/kapita/tahun dari kondisinya sekarang yang hanya 10 kg/kapita/tahun.

Karena tulisan ini juga menyebar melalui Twitter dan Facebook, saya berharap Anda para calon presiden atau team sukses Anda juga membaca tulisan ini. Siapa tahu Anda bener-bener terpilih dan kemudian amanah untuk memakmurkan rakyat ini jatuh ke pundak Anda – Anda sudah punya salah satu solusinya ini. InsyaAllah.


www.rumah-hikmah.com

Tulisan Terkait:

Info Bisnis:

Info Keuangan:
coconut fiber indonesia - civet coffee beans luwak indonesia - rumah baru dekat tol di jatiasih - eksportir indonesia - solusi properti - rumah dinar - manufaktur indonesia - agribisnis indonesia - white copra indonesia - coconut coir pellets - jual panel beton murah siap pakai - jasa pasang panel beton - jual komponen nepel, mur, baut, spare parts ac, kuningan - komponen, nepel, mur, baut, ac, kuningan - industri manufaktur pengecoran kuningan - brass foundry casting manufacturer - brass billets, bullets, neple, nut, bolt, fitting, parts - tanah di kawasan strategis - rumah baru eksklusif dekat tol - rumah murah dekat tol - jual tanah di sudirman - jual tanah di kuningan - jual tanah dekat menteng - paket tour perjalanan wisata - apakah dinar emas - tanya jawab dinar - jual dinar - beli dinar - dinar emas -

Description: Strategi Facebook dengan Domba...?
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Strategi Facebook dengan Domba...?
SelengkapnyaStrategi Facebook dengan Domba...?

M Dinar, teknologi dan dasar hukumnya

Posted by Noer Rachman Hamidi


Menjawab beberapa pertanyaan pembaca sekaligus, yang intinya ada yang menanyakan legalitas produk-produk Dinar berbasis teknologi seperti M-Dinar yang belum lama ini kami perkenalkan. Ada dua aspek legalitas yang ingin saya jelaskan; pertama legalitas dari aspek hukum positif negara (Indonesia dan juga negara-negara lain dimana M-Dinar digunakan) dan kedua adalah aspek legalitas dari sisi syariah.

Dari sisi hukum positif negara, harus diakui bahwa kecepatan perkembangan teknologi mendahuli kecepatan perkembangan hukum positif buatan manusia. Sangat bisa jadi memang belum ada hukum yang pas yang mengatur transaksi pembayaran global yang menggunakan system e-payment, paypal, e-gold, e-dinar, Goldmoney dlsb.

Jadi biarlah hukum positif ini dipersiapkn oleh pihak yang terkait pada waktunya di masing-masing Negara. Namun perkembangan aplikasi teknologi pembayaran yang sudah sangat canggih tidak perlu menunggu kesiapan hukumnya – bila ini yang ditunggu, maka negara yang perkembangan system hukumnya lambat akan juga sangat terbelakang dalam aplikasi teknologi-nya.

Berbeda denan system hukum buatan manusia yang selalu terlambat mengantisisipasi perkembangan zaman; hukum Allah sebaliknya – sangat antisipatif dan selalu fit untuk perkembangan teknologi yang secanggih apapun. Inilah makna Islam sebagai agama akhir zaman itu; kembali ke Islam tidak identik dengan kembali ke system yang kuno.

Sebaliknya solusi Islam bisa sangat modern – tanpa harus meninggalkan aturan syariah sedikitpun.

Ambil contoh hadits berikut : Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari 'Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: "(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (denga syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai - dari tangan ke tangan. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai - dari tangan ke tangan."

Ulama-pun yang tidak memiliki latar belakang dunia perniagaan bisa memberi fatwa yang kurang pas karena keliru menafsirkan hadits tersebut diatas. Pangkalnya adalah pengertian 'tunai - dari tangan ke tangan' yang disebut di hadits tersebut diatas.

Bila pengertian dari tangan ke tangan diartikan secara harfiah – fisik tangan ke tangan; bisa Anda bayangkan sebagian besar yang kita makan dan kita beli selama ini bisa jatuh ke Riba. Berikut beberapa contoh-contohnya:

  • Gandum yang merupakan salah satu komoditi yang disebut di hadits tersebut diatas, tidak pernah dibeli pedagang Indonesia dari tangan ketangan secara fisik.
  • Uang kertas yang di qiyas-kan dengan emas/perak – makanya terkena hukum riba; dalam skala besar sangat jarang berpindah dari tangan ke tangan secara fisik. Perpindahan uang lebih banyak dari account to account.
  • Siapapun membeli emas untuk Dinar di Indonesia dalam jumlah besar, tidak mungkin lagi melakukannya dari tangan ke tangan – karena sangat berbahaya (bila membawa uang tunai milyaran Rupiah) – dan Logam Mulia - pun juga tidak mau menerima pembayaran dengan uang tunai fisik dari tangan ke tangan bila lebih dari Rp 50 juta.
  • Anda tidak bisa melakukan pembayaran via ATM, M-Banking, Internet Banking dst. Karena tidak secara 'fisik dari tangan ketangan' – padahal yang Anda pertukarkan uang kertas yang diqiyaskan ke emas/perak tersebut diatas.

Dan banyak sekali contoh transaksi yang di jaman sekarang sudah tidak praktis lagi kalau dilakukan secara 'tunai dari tangan ke tangan' kalau  dari 'tangan ke tangannya' diartikan harus secara fisik.

Lantas apakah Hadits ini salah atau kuno sehingga tidak bisa diterapkan ?. Tidak juga, Haditsnya tetap shahih dan benar dan valid sampai akhir zaman.

Atau apakah kita tidak bisa menggunakan teknologi tinggi bila ingin mempraktekkan hadits tersebut dijaman ini ?. Tidak juga, segala teknologi yang memudahkan tentu bisa kita pakai – tanpa harus kita tinggalkan Hadits tersebut diatas.

Yang kita butuhkan hanya ulama yang mengerti benar realita dunia usaha sehingga dapat memberikan solusi yang tetap syar'i namun aplicable sesuai zamannya. Dengan ulama yang paham inilah umat akan bisa maju dan berlomba dalam teknologi beserta praktek bisnis modern – bersaing dengan umat agama lain yang hidup se-zaman dengannya.

Untuk ini kita bisa belajar dari Imam Abu Hanifah (699 M- 767 M), beliau adalah seorang Tabi'in yaitu generasi setelah Sahabat Nabi SAW. Beliau pernah bertemu dengan salah satu sahabat Nabi SAW yaitu antara lain Anas bin Malik. Beliau juga seorang pedagang sehingga paham betul praktek-praktek perdagangan sekligus paham syariatnya.

Dalam mengartikan 'penyerahan barang secara tunai dari tangan ke tangan' misalnya, beliau memberikan tafsir yang sangat aplicable – bahkan untuk era cyber seperti sekarang ini sekalipun.

Imam Abu Hanifah menafsirkan bahwa barang sudah berarti diterima oleh pembeli (di tangan pembeli) dari penjual bila penjual " memberikan akses penuh kepada pembeli disertai ijin sehingga pembeli dapat memanfaatkan barang yang dibelinya tersebut".

Penafsiran Imam Abu Hanifah inipun kemudian diperluas aplikasinya oleh ulama kontemporer yang karyanya menjadi rujukan prakstisi bisnis syariah di seluruih dunia yaitu Dr. Wahbah Al-Zuhayli. Dalam mengartikan jual beli 'tunai dari tangan ketangan' dalam satu majlis bay' (satu pertemuan/sesi perdagangan), Al – Zuhayli menyatakan bahwa  majlis bay' tidak berarti harus satu rauangan/tempat fisik dimana penjual dan pembeli bertemu secara fisik. Mereka (penjual dan pembeli) bisa saja terpisah secara fisik – asal keduanya bisa saling berkomunikasi – maka mereka masih dapat dikatakan dalam satu majlis bay'.

Dengan penafsiran oleh ulama-ulama  yang sangat paham dunia usaha sekaligus sangat paham syariah inilah, Islam bisa dapat benar-benar menjadi solusi tanpa ribet, tanpa kehilangan kesyariaahan-nya. Situasi berikut menjadi sepenuhnya sesuai syariah dengan penafsiran yang tepat guna tersebut :

  1. Jual beli gandum dalam gudang yang sangat besar sekalipun, dapat cukup dilakukan serah terimanya dengan penyerahan akses terhadap pemanfaatan gandum tersebut ke pembeli. Akses ini bisa berupa kunci gudang, bisa user id dan password untuk pemindahan barang dlsb.
  2. Perpindahan uang dari account to account, dari satu mata uang ke mata uang lainnya lewat transfer M-banking, Internet banking menjadi punya dasar yang syar'i.
  3. Perpindahan account M-Dinar dari GeraiDinar ke Account pelanggan M-Dinar juga memiliki dasar yang sama. Begitu pelanggan M-Dinar menerima user id dan password atau bertambah saldo-nya di M-Dinar Account-nya – pembeli tersebut memiliki akses penuh dan dapat memanfaatkan Dinar yang ada di accountnya; artinya Dinar sudah dapat diartikan di delivered.

Kalau ulama jaman tabiin saja sudah bisa merumuskan penafsiran yang aplicable sampai sekarang, maka ulama-ulama besar zaman ini harus bisa lebih akurat lagi merespon perkembangan perdagangan Islami nan modern – seperti yang dilakukan oleh Dr. Wahbah Al-Zuhayli tersebut; tidak ketinggalan teknologi dan tidak pula meninggalkan hukum syariah.

Setelah uraian yang panjang ini, sangat mungkin masih ada rasa penasaran bagi sebagian pembaca situs ini yang ingin mendalami lebih jauh tentang legal aspek dan perkembangan zaman/tekonologi ini. Ada dua buku yang saya sarankan di baca oleh peminat, pertama adalah Kitabnya Dr. Wahbah Al-Zuhayli yang berjudul Al-Fiqh Al-Islmai wa- Adillatuh yang sudah diterjemahkan ke bahasa Inggris dengan judul  Financial Transactions in Islamic Jurisprudence. ( Penerbit Dar Al-Fikr, Damascus , 2003)

Kitab ini cukup berat – namun sangat detil dalam mengkaji aqad-aqad finansial. Hampir seluruh produk GeraiDinar.Com baik itu produk i-Qirad, M-Dinar dan produk titipan – banyak menjadikan kitab tersebut sebagai rujukannya.

Buku kedua yang sudah aplikatif dan langsung terkait dengan e- business adalah buku yang ditulis oleh Hurriyah El-Islamy dengan judul "E-Business, An Islamic Perspective". (Penerbit A. S. Noordeen, Kuala Lumpur 2002).

Semoga Allah selalu menuntun kita untuk semakin dekat ke jalanNya. Amin.

dinar islam, jual dinar, beli dinar, investasi emas, pengukur kemakmuran, awal manipulasi uang kertas, belajar emas, mitra dinar, pilihan investasi, ekonomi keluarga, arti kemakmuran, sharing dinar, tanya dinar, jawab dinar, Rumah Hikmah, www.rumah-hikmah.com

Tulisan Terkait:

Info Bisnis:

Info Keuangan:


Description: M Dinar, teknologi dan dasar hukumnya
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: M Dinar, teknologi dan dasar hukumnya
SelengkapnyaM Dinar, teknologi dan dasar hukumnya

Belajar Keluar dari Pangkal Krisis

Posted by Noer Rachman Hamidi


Di akui atau tidak, pangkal dari segala persoalan yang membawa dunia dalam krisis yang belum jelas ujungnya kali ini adalah uang flat (uang kertas) yang nilainya dipaksakan dari awang-awang.

Karena pangkal dari permasalahannya ada di uang kertas ini, maka apapun solusi yang ditempuh oleh pemerintah-pemerintah dunia tidak akan dapat memberikan solusi yang tuntas – selagi pangkal masalah (uang kertas) tersebut di pertahankan.

Bisa saja untuk sementara waktu penyakit kronis ini akan kelihatan sembuh, tetapi tidak lama kemudian akan kambuh lagi dan kambuh lagi.

Lantas apakah mungkin uang kertas yang oleh para pelakunya sendiri diakui sebagai Bad Money digantikan kembali dengan uang yang sesungguhnya -Good Moneys seperti Dinar dan Dirham ?.

Jawabannya adalah sangat mungkin; asal dunia mau belajar secara sungguh-sungguh solusi yang sangat adil yaitu aturan yang dibuat oleh Allah yang Maha Adil melalui RasulNya Muhammad SAW – yang kita kenal sebagi syariat Islam.

Apakah mungkin dunia mau belajar dari Islam masalah ini, sedangkan umat Islam yang hidup di zaman ini juga belum bisa mengungkapkan konsep solusinya dengan jelas ?. Jawabannya lagi-lagi sangat mungkin.

Berabad-abad silam, dunia barat belajar berbagai ilmu dari dunia Islam – mengapa tidak sekarang ?.

Dalam kasus krisis keuangan sekarang misalnya; penjelasannya ada di ilmu monetarism dengan equation of exchange-nya yang dicetuskan oleh David Hume (abad 18) dan kemudian disempurnakan oleh John Stuart Mill (abad 19). Dari mereka inilah kemudian lahir formula
M x V= Px Q ;
M= Jumlah Uang ; V= kecepatan Berputar; P= Harga ; Q = Jumlah barang & jasa.

Sayangnya mereka tidak belajar ilmu ini dan penerapannya secara komplet dari ulama sekaligus ekonom ulung lima abad sebelumnya dari dunia Islam yaitu Ibnu Taimiyyah ( 1263 – 1328).

Mengenai equation of exchange misalnya; Ibnu Taimiyyah merumuskannya sebagai berikut :

“Jumlah fulus (uang yang lebih rendah dari Dinar dan Dirham seperti tembaga) hanya boleh dicetak secara proporsional terhadap jumlah transaksi sedemikian rupa sehingga terjamin harga yang adil. Penguasa tidak boleh mencetak fulus berlebihan yang merugikan masyarakat karena rusaknya daya beli fulus yang sudah ada di mereka”.

Untuk Dinar dan Dirham dikecualikan dari rumusan Ibnu Taimiyyah tersebut karena bendanya sendiri (emas dan perak) yang akan membatasi volume ketersediaannya di masyarakat. Dengan sendirinya Emas dan Perak atau Dinar dan Dirham akan selalu menjadi uang yang adil karena volumenya tidak dikendalikan oleh penguasa.

Jadi kalau penguasa di dunia diragukan keadilannya dalam mengendalikan volume fulus, maka keadilan harga atau daya beli hanya bisa diperoleh oleh masyarakat melalui penggunaan uang Emas dan Perak atau Dinar dan Dirham.

Di Dunia barat pada abad ke 19 orang juga mengenal ekonom ulungnya Thomas Gresham yang terkenal dengan Gresham’s Law-nya. Sederhananya Gresham’s Law ini berbunyi : “Bila ada dua mata uang (koin) yang memiliki nilai nominal yang sama, tetapi terbuat dari bahan material yang nilainya berbeda – maka yang lebih murah akan mendorong yang lebih mahal keluar dari peredaran”.
Dari sinilah lahir istilah Bad Money drives out Good Money.

Lagi-lagi si Thomas Gresham ini nampaknya belajar secara tidak komplit dari Ibnu Taimiyyah sekitar 6 abad sebelumnya; coba kita perhatikan rumusan Ibnu Taimiyyah tentang hal ini :

“… nilai intrinsik dari fulus yang berbeda (dengan nominal yang sama) akan menjadi sumber keuntungan bagi orang yang berniat jahat, dengan menukar fulus yang nilai intrinsiknya rendah dengan fulus yang nilai intrinsiknya baik – kemudian membawa fulus yang baik (Good Money) kenegeri lain dan menyisakan fulus yang kurang baik (Bad Money) di dalam negeri, sehingga masyarakat dirugikan”.

Yang ada di sekitar kita sekarang hanyalah Bad Moneydan sangat sedikit sekali Good Money.Bad Money atau fulus sebenarnya juga tidak masalah kalau volumenya terkendali, Bad Money menjadi musibah besar dunia sekarang karena penguasa-penguasa dunia tidak dapat mengendalikan volumenya.

Ketidak kuasaan penguasa dunia mengendalikan volume Bad Money, menimbulkan ketidak adilan bagi masyarakat berupa naiknya harga-harga atau menurunnya daya beli uang yang dipegang masyarakat.

Namun masyarakat seluruh dunia mulai punya pilihan sekarang, perlahan tetapi pasti – mereka akan memilih Good Money karena Bad Money di seluruh dunia telah menjadi bener-bener bad...bad...bad. Wallahu A’lam.

www.rumah-dinar.com
Rumah Hikmah

Info lebih lanjut:
Tulisan terkait:

Description: Belajar Keluar dari Pangkal Krisis
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Belajar Keluar dari Pangkal Krisis
SelengkapnyaBelajar Keluar dari Pangkal Krisis

Belajar dari Krisis Keuangan Dunia

Posted by Noer Rachman Hamidi

Meskipun dampaknya yang sangat luas melanda seluruh dunia, nampaknya sangat sedikit orang yang memahami apa dan bagaimana krisis ini, dari mana dia berasal, apa yang dilakukan pemerintah untuk mengatasinya dst. Karena sedikit yang paham, maka lebih sedikit lagi yang bisa mengambil pelajaran.

Belajar dari Krisis Keuangan Dunia
Belajar dari Krisis Keuangan Dunia
Agar kita bisa mengambil pelajaran, marilah kita menjadi golongan yang sedikit tersebut dengan mencoba memahami krisis ini. Kita coba menuliskan dengan lebih sederhana berupa point-point pentingnya saja sebagai berikut :
  • Krisis ini bermula di Amerika Serikat; penyebab awalnya adalah tindakan bank sentral mereka the Fed yang berusaha memulihkan ekonomi paska peristiwa WTC 9/11 dengan cara menurunkan suku bunga secra terus menerus.
  • Rendahnya suku bunga memicu keluarga-keluarga di Amerika keranjingan meng-‘gadaikan’- rumahnya, menjadikan rumah-rumah mereka sumber duit untuk keperluan yang nggak terlalu penting sekalipun.
  • Karena maraknya permintaan kredit perumahan ini, maka lahirlah opportunis-opportunis baru seperti Quick Loan Funding yang memberikan kredit bahkan ke orang-orang yang tidak layak menerima kredit, atau seperti Ownit yang memberikan kredit perumahan sampai 100% - tanpa pengaman uang muka !.
  • Kredit atau pinjaman ke orang yang tidak seharusnya menerima yang kemudian disebut Sub-prime borrowers, inilah yang kemudian memicu gelombang krisis yang sangat besar dan luas dampaknya.
  • Penyebar luasan kredit buruk ini difasilitasi oleh pasar modal kebanggaan Amerika – Wall Street – yang mem-package investasi-investasi ‘sub-prime’ menjadi seolah investasi yang menjanjikan. Investor diseluruh dunia membeli investasi buruk ini hanya karena melihat ini berasal dari Wall Street di Amerika – yang mereka selalu banyangkan sebagai ‘gurunya’ investasi.
  • Situasi ini diperburuk dengan munculnya product-product dengan nama canggih seperti Collateralized Debt Obligations (CDOs) yang tidak hanya tidak dipahami oleh orang awam, tetapi gurunya bank sentral sekaliber Alan Greenspan – pun mengaku tidak memahami produk ini .
  • Bukan hanya perorangan, atau investor tanggung yang membeli produk-produk investasi buruk tersebut. Bahkan institusi pemerintah-pun ikut-ikutan membeli.
Di Norwegia misalnya ada pemerintah kota Narvik yang kesulitan keuangan gara-gara investasi di Wall Street terutama pada CDOs. Padahal niat investasi mereka tadinya untuk meningkatkan pendapatan pemerintah kota yang pas-pasan. Alih-alih mendapatkan tambahan pendapatan, mereka malah kesulitan keuangan dan harus menutup sekolahan dan layanan untuk panti jompo.

Karena banyaknya kredit yang macet, bank-bank mulai terkena dampaknya . Kepercayaan antar  mereka menurun, pinjaman antar bank berkurang dan akhirnya likuiditas-pun menghilang dari pasar.

Ketika pemerintah-pemerintah dunia menyedari krisis ini telah terjadi dan telah menyeret sendi-sendi ekonomi secara luas, mereka mengambil berbagai langkah darurat. Namun sayangnya langkah-langkah yang mereka tempuh justru banyak yang akan menimbulkan potensi krisis jangka panjang – misalnya melalui penghancuran nilai mata uang melelaui program quantitative easing mereka.

Lantas apa pelajarannya dari krisis tersebut ? banyak, diantaranya :
  • Jangan membangun ekonomi berbasis Riba; karena riba-lah yang mendorong institusi keuangan mencari untung dari bunga yang harus dipikul oleh orang-orang yang sebenarnya tidak mampu sekalipun.
  • Jangan berhutang kecuali untuk hal-hal yang memang sangat dharurat. Berhutang, apalagi yang ribawi untuk keperluan yang tidak terpaksa – akan menjerat pelakukanya dalam lilitan hutang – yang kita diajarkan untuk berlindung darinya pagi dan petang.
  • Bagi otoritas moneter, jangan menggunakan instrumen bunga (riba) untuk men-stimulir pertumbuhan ekonomi – pasti gagalnya (karena dimusuhi Allah dan RasulNya – QS 2 : 275-279)
  • Untuk para investor, jangan investasi pada produk yang sulit dipahami. Investasikanlah pada hal-hal riil yang Anda mudah memahaminya.

Wallahu A’lam.

http://goo.gl/VWPbo
www.rumah-dinar.com
http://goo.gl/Z7cXE
www.rumah-hikmah.com

Tulisan Terkait:

Info Bisnis:

Info Keuangan:


Description: Belajar dari Krisis Keuangan Dunia
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Belajar dari Krisis Keuangan Dunia
SelengkapnyaBelajar dari Krisis Keuangan Dunia

Dinar Sebagai Pengukur Kemakmuran dan Perencanaan Keuangan

Posted by Noer Rachman Hamidi


Ada seorang teman yang saya kenal baik sejak tahun 1990-an hingga kini, karena kedekatan tersebut dia cukup leluasa mengungkapkan segala problem financial-nya ke saya. Pada tahun 1995 dia diangkat menjadi manager di perusahaan asing dengan penghasilan sekitar Rp 10 juta per bulan; kini dia  direktur di salah satu group perusahaan besar dengan gaji Rp 100 juta-an per bulan !. Yang jadi pertanyaan dia ke saya adalah mengapa dengan gaji 10 kali lipat dibandingkan dengan gaji dia tahun 1995, dia tidak merasakan adanya peningkatan kemakmuran selama 15 tahun ini ?.

Disinilah problem yang terjadi dengan uang kertas, karena nilainya yang terus bergerak turun – angka di penghasilan kita bisa saja terus meningkat tetapi tidak berarti daya beli riil kita juga meningkat. Untuk bisa melihat daya beli riil kita, kita harus menggunakan timbangan yang juga benda riil – salah satunya adalah Dinar. Untuk melihat situasi financial teman saya tersebut diatas misalnya, kita dengan mudah dapat gunakan tabel dibawah.

Estimasi Harga Dinar 1970-2010

Penghasilan dia tahun 1995 yang Rp 10 juta saat itu kurang lebih setara dengan 82.29 Dinar. Dengan harga Dinar pagi ini dikisaran Rp 1,670,000,-/Dinar , penghasilan dia yang Rp 100 juta hanya setara dengan 59.88 Dinar !. Jadi setelah bekerja 15 tahun lebih dengan penghasilan dalam Rupiah yang sudah meningkat 10 kali lipat, tentu saja sang direktur tidak merasakan peningkatan kemakmuran karena daya beli riil dia selama ini bukannya naik tetapi malah turun.

Mengapa harga Dinar ini lebih akurat untuk mengukur daya beli riil kita ketimbang data inflasi di negara maju sekalipun ?; adalah sejarah ribuan tahun yang membuktikan hal ini. 1 Dinar di jaman Rasulullah SAW dapat untuk membeli 1 ekor kambing kurban yang baik, kini dengan 1 Dinar yang sama Anda tetap dapat memilih kambing kelas A untuk ber-kurban. Bila Dinar stabil daya belinya terhadap kambing, tentu dia juga memiliki daya beli stabil untuk kebutuhan kita lainnya.

Dengan menggunakan tabel yang sama, Anda juga dapat mengukur kinerja financial Anda dalam perjalanan karir Anda selama ini – jangan-jangan tanpa Anda sadari – Anda juga menjadi korban penurunan daya beli seperti teman saya tersebut. Lantas apa manfaatnya mengetahui kondisi riil kita ini ?. Bila kita berhasil mengidentifikasi masalahnya, maka ada kemungkinan kita bisa memperbaiki situasinya. Sebaliknya bila kita tidak tahu masalahnya, tentu akan sulit untuk mencari pemecahannya.

Untuk kasus teman saya tersebut misalnya; dengan penghasilannya sebagai direktur yang sekarang mendekati 60 Dinar per bulan – memang lebih rendah dari penghasilan dia sebagai manager tahun 1995 yang diatas 80 Dinar per bulan; tetapi sesungguhnya dia masih mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk diinvestasikan di sektor riil.

Apa dampaknya bila dia tidak melakukan action ini sekarang ?, penghasilan dia akan semakin menurun kedepan (dalam Dinar) padahal dia semakin  dekat ke usia pensiun yang kurang dari 10 tahun mendatang. Bila ini terjadi, maka dari sisi financial dia tidak akan lebih baik dari posisi financial dia di masa mudanya. Inilah mayoritas yang dialami oleh pegawai di sektor apapun pada tingkat apapun – bila dia tidak mulai mengambil aksi investasi pada bentuk-bentuk investasi yang bisa mengalahkan penurunan daya beli mata uang kertas.

Bentuk investasi sektor riil yang sederhana tetapi akan mampu mengalahkan penurunan daya beli mata uang salah satunya adalah perdagangan.

Bila Anda berdagang beras misalnya. Anda mengambil dari Cianjur dan menjualnya di Jakarta dengan keuntungan bersih 10 %, maka keuntungan Anda yang 10 % dari harga beras ini akan mampu melawan inflasi atau penurunan daya beli mata uang karena ketika inflasi itu terjadi harga beras otomatis naik dan penghasilan Anda juga otomatis naik – seiring kenaikan harga beras.

Bila sekarang Anda mulai menjual 1 ton beras per bulan, 10 tahun lagi mampu menjual 10 ton beras per bulan, maka kenaikan penghasilan Anda akan merupakan kenaikan penghasilan yang riil karena dikaitkan langsung dengan daya beli terhadap beras – bukan kenaikan semu hanya dalam angka seperti dalam contoh kasus teman saya tersebut diatas.

Jadi mengenal yardstick atau pengukur yang benar, bisa menjadi awal Anda untuk membuat perencanaan keuangan masa depan yang lebih akurat dan memakmurkan. InsyaAllah.


Tulisan terkait:

Description: Dinar Sebagai Pengukur Kemakmuran dan Perencanaan Keuangan
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Dinar Sebagai Pengukur Kemakmuran dan Perencanaan Keuangan
SelengkapnyaDinar Sebagai Pengukur Kemakmuran dan Perencanaan Keuangan

Bangun Ketahanan Ekonomi Keluarga dengan Dinar, tapi Jangan Menimbun...!

Posted by Noer Rachman Hamidi


Melihat judul ini mungkin Anda bingung, bagaimana kita menggunakan Dinar dan bahkan juga menyimpannya tetapi tidak menimbunnya ?. Bagaimana caranya ?, apa batasannya ? dlsb. Penjelasannya adalah sebagai berikut :

Mengenai tanggung jawab kita terhadap harta sudah saya tulis di artikel lain yaitu “Harta Kita, Aset atau Liability ( di Akhirat)”. Intinya adalah menjadi kewajiban kita untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, keluarga, mengantisipasi kebutuhan dharurat dan, meninggalkan keturunan yang kuat.

Bahkan Al-Qur’an mengajarkan bagaimana kita mengantisipasi kebutuhan dharurat tersebut melalui surat Yusuf 47-48 berikut :

“Dia (Yusuf) berkata:’Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit yang kamu makan. Kemudian setelah itu akan datang tujuh tahun yang sangat sulit yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit). kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan”.

Ayat diatas adalah ayat yang menjadi dasar sekaligus menjadi metode (minhaj) bagaimana seorang muslim mempersiapkan diri menghadapi masa sulit. Apa bentuk masa sulit umat jaman sekarang ?. Secara luas masa sulit ini bagi kita yang hidup di zaman ini bisa berupa krisis moneter seperti yang kita alami puncaknya tahun 1997-1998. masa banyak musibah kekeringan, gempa bumi, banjir – semuanya menjadi trigger masa sulit bagi umat.

Kemudian secara individu masa sulit ini bisa berarti kehilangan pekerjaan/penghasilan, pensiun, sakit, ditinggal mati kepala keluarga dlsb.

Lantas bagaimana mengatasinya ? Simpan sebagian penghasilan di ‘tangkainya’. Maksud menyimpan gandum ditangkainya adalah agar tidak cepat busuk atau menurun kwalitas dan nilainya, agar tetap bisa menjadi bibit yang bisa ditanam kembali kapan saja.

Harta dan penghasilan umat jaman sekarang mayoritas tentu bukan gandum, melainkan mayoritas berupa uang. Nah bagaimana mempertahankan uang agar tidak mengalami pembusukan nilainya dari waktu-ke waktu ? Jawabannya sederhana – itulah mengapa uang dalam Islam harus sesuatu yang memiliki nilai yang riil (nilai intrinsik) seperti emas, perak, gandum, kurma dst. Dari komoditi riil tersebut untuk saat ini tentu emas yang berupa Dinar paling praktis penyimpanannya. Emas batangan juga aman, namun tidak terlalu likuid dan tidak memiliki fleksibilitas dalam penjumlahan maupun pembagian. Misalnya Anda punya 100 gram emas. Anda hendak butuhkan 10 gram untuk kebutuhan bulan ini – tidak mudah bukan untuk memecahnya ?. Lain halnya dengan Dinar, Anda punya 100 Dinar, hendak di konsumsi 10 Dinar – tinggal dilepas yang 10 Dinar dan dipertahankan yang 90 Dinar.

Menyimpan Dinar hanya perlu secukupnya – setiap kita diilhami untuk bisa mengetahui kecukupan kita masing-masing ( tanya hati kecil kita – pasti kita tahu), kita diberi ilham oleh Allah untuk mengetahuinya “Maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya” (QS 91:8).

Apa risikonya kalau kita menyimpan harta – dalam bentuk apapun baik itu uang kertas, rumah, mobil, saham, maupun emas- secara berlebihan dan tidak menafkahkan di jalan Allah ?. Ancamannya adalah Azab yang pedih bagi penimbunnya. (QS 9:34-35).

Jadi menyimpan harta secukupnya untuk memenuhi kewajiban kita terhadap diri, keluarga dan keturunan adalah sesuatu yang boleh dan ada tuntunannya karena ini bagian dari ketahanan ekonomi umat – dalam AlQuran surat Yusuf tersebut diatas disebut Yukhsinun (Tukhsinun untuk orang kedua -menyimpan harta dalam konteks ketahanan ekonomi).

Sebaliknya menyimpan diluar yang dibutuhkan dan tidak menafkahkan di jalan Allah adalah perilaku menimbun yang amat sangat dilarang – di AlQuran disebut Yaknizun (menimbun harta dan tidak menafkahkan di jalan Allah).

Perbedaan antara Yukhsinun dan Yaknizun inilah yang kita harus tahu karena kita diilhami olehNya untuk mampu membedakannya. Wallahu A’lam.


Tulisan terkait:

Description: Bangun Ketahanan Ekonomi Keluarga dengan Dinar, tapi Jangan Menimbun...!
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Bangun Ketahanan Ekonomi Keluarga dengan Dinar, tapi Jangan Menimbun...!
SelengkapnyaBangun Ketahanan Ekonomi Keluarga dengan Dinar, tapi Jangan Menimbun...!

Bukti Bahwa Uang Kertas Itu Memiskinkan Dunia

Posted by Noer Rachman Hamidi

Konon ada kekuatan di dunia ini yang menghendaki mayoritas umat manusia itu harus miskin dan membiarkan segelintir orang saja yang bisa kaya, maka kekuatan itu telah berhasil mengimplementasikan strateginya dengan sangat baik dalam setengah abad terakhir. Strategi yang digunakan tersebut adalah – apa yang sangat digemari umumnya manusia, yaitu uang kertas ! berikut buktinya.

Untuk bisa memahami apakah manusia didunia tambah makmur atau tambah miskin, pertama kita harus menyepakati dahulu tolok ukurnya. Bila tolok ukurnya yang digunakan adalah uang kertas – yaitu yang digunakan di dunia saat ini, maka betul seolah telah terjadi lompatan kemakmuran di dunia.
GDP per capita masyarakat di dunia telah melonjak dari US$ 2,756 tahun 1950, menjadi US$ 11,071 tahun 2011 lalu. Ini rata-rata dunia, rata-rata Indonesia masih kurang dari 1/3 rata-rata dunia atau di kisaran US$ 3,250 tahun 2011. Fokus tulisan kali ini adalah masyarakat dunia karena untuk masyarakat Indonesia sudah ditulis dengan judul “Arti Kemamuran di System Dajjal”.

Masalahnya adalah ketika tahun 1950 rata-rata orang di dunia bisa membeli 581 ekor kambing dari pendapatan per tahunnya, kemudian tahun 2011 hanya mampu membeli kurang dari 1/10-nya yaitu hanya mampu membeli  52 ekor kambing dari pendapatan per tahunnya – apa bisa dikatakan mereka tambah makmur ? tentu tidak, malah yang sebaliknya yang terjadi – rata-rata mereka bertambah miskin !.

Penglihatan itu semakin jelas manakala kita sandingkan antara kacamata Dollar dengan kacamata Dinar – saya gunakan Dinar karena harga emas datanya tersedia selama dua abad terakhir, sedangkan harga kambing kurang lebih mengikuti harga emas ini selama lebih dari 1400-tahun.

Saya selalu ingin menyandingkan Dinar dengan kambing ini, supaya orang tidak berargumen bahwa telah terjadibubble yang tidak wajar di harga emas. 1 Dinar tetap hanya cukup untuk membeli seekor kambing besar, tidak cukup untuk membeli sapi atau unta. Dia juga tidak turun sehingga hanya cukup untuk membeli sate, membeli ayam atau telur – sebagaimana yang terjadi pada uang kertas.

Sekarang perhatikan pada grafik disamping yang menggambarkan bagaimana kinerja pendapatan penduduk dunia sejak tahun 1950. Saya tarik ke tahun 1950 supaya Anda bisa melihat – bahwa pasca Perang Dunia II sampai tahun 1970 memang terjadi peningkatan kemakmuran di dunia – baik dari kacamata Dollar maupun kacamata Dinar.

Tetapi mulai tahun 1971 ketika Amerika mulai mengingkari perjanjian yang dipimpinnya sendiri – perjanjian Breton Woods, dimana semua uang yang kertas seharusnya dikaitkan dengan emas tetapi mulai tahun 1971 uang kertas tidak lagi dikaitkan dengan emas – maka sejak saat itu pulalah kacamata dunia menjadi bias manakala melihat kemakmuran.

Dan siapa yang sengaja membiaskan penglihatan manusia di dunia ini ? bersyukurlah kita semua yang mendapatkan petunjuk langsung dari uswatun hasanah kita Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam melalui sabdanya : “Maukah aku beritahukan kepada kalian suatu hal mengenai dajjal ? suatu yang belum pernah dikabarkan oleh seorang nabipun kepada kaumnya : Sesungguhnya dajjal itu buta sebelah matanya, ia datang dengan sesuatu seperti surga dan neraka. Yang dikatakannya surga berarti itu adalah neraka. Dan sungguh aku memperingatkannya atas kalian sebagaimana Nabi Nuh mengingatkannya atas kaumnya” (HR. Muslim)
Dan siapakah dajjal itu ?, dijawab pula melalui hadits beliau lainnya : “…bahwa ia (dajjal) itu adalah Yahudi…” (HR Muslim).

Dunia yang mengira bahwa selama ini telah teradi pertumbuhan ekonomi – karena diukur dalam US$, ternyata tidak mampu meningkatkan kemakmuran penduduknya kecuali terhadap sedikit orang yang memang dimungkinkan dalam system yang mereka buat.

Bila grafik sebelumnya memperlihatkan pendapatan per capita penduduknya, grafik disamping memperlihatkanGross World Product yang mencerminkan tingkat pertumbuhan ekonomi dunia, dunia mengira tumbuh padahal susut – lha memang itulah yang dikehendaki dajjal !.

Belajar dari sudut pandang ini, maka dibidang apapun, bukan hanya dari urusan ekonomi, tetapi juga dalam urusan pendidikan, budaya, politik, system hidup, peradaban dst – umat ini memang harus mengembangkan tolok ukurnya sendiri. Jangan terkecoh tolok ukur dajjal yang seolah mengajak penduduk dunia ke surga kemakmuran padalah sesungguhnya mereka telah menjerumuskan penduduk dunia ke neraka kemiskinan.

Kita diajari untuk berlindung dari dajjal, maka selain menghafal sepuluh ayat pertama surat Al-Kahfi – kita juga harus bisa memahaminya dan mengimplementasikannya dalam bentuk perlindungan dari segala system yang mereka paksakan di dunia ini. InsyaAllah kita bisa, insyaAllah !.




Tulisan terkait:


Description: Bukti Bahwa Uang Kertas Itu Memiskinkan Dunia
Rating: 4.5
Reviewer: google.com
ItemReviewed: Bukti Bahwa Uang Kertas Itu Memiskinkan Dunia
SelengkapnyaBukti Bahwa Uang Kertas Itu Memiskinkan Dunia